Tanjung Lesung, 5 November 2021., Tujuan kedua kami setelah desa batik adalah basecamp pengrajin kayu masyarakat. Di tanjung Lesung, ada dua titik pengrajin kayu, yaitu di pos tidak jauh dari pesisir dan di daerah perbukitan. Pengrajin kayu di daerah pesisir biasanya fokus pada karya-karya yang berbentuk datar, seperti piring, tempat lilin, telenan, dan masih banyak peralatan rumah tangga lainnya. Sedikit berbeda dengan pengrajin kayu di titik pesisir, pengrajin kayu di perbukitan lebih fokus pada hasil ukiran seperti sendok garpu, sumpit, mangkok, dan miniatur hewan langka badak.
Pada saat berkunjung, Shestarts.id sempat berdiksusi dengan pihak pengrajin mengenai sistem pembuatan, tantangan, beserta channel pasar yang sudah mereka jangkau. “Tantangan terbesar kami masih seputar kapasitas yang masih terbatas Bu. Jadi kami gak berani masok banyak kalau memang tidak ada pemesanan.” ungkap salah satu pengrajin kayu yang kami temui kemarin.
Pengrajin kayu rumahan ini juga memiliki oven kayu yang dibuat mandiri untuk membantu proses pengeringan kayu agar peralatan kayu yang dibuat tidak mudah berjamur. Pada saat finishing produk, para pengrajin di sini juga melakukan teknik pelapisan kayu yang sudah food grade untuk memberi kesan premium, aman, dan agar lebih tahan terhadap jamur. Namun, sebagai bentuk preventif, kita sebagai pengguna produk kayu juga perlu melakukan perawatan terhadap produk kayu kita, seperti memastikan produk kayu tersebut kering setelah dicuci.
Peran ibu-ibu dalam proses kerajinan kayu ini biasanya terdapat pada proses finishing di mana memang tingkat ketelitian dan ketekunan diperlukan dalam teknik ini. Dalam usaha kerajinan kayu ini, perempuan juga membantu dalam proses pembuatannya karena mayoritas usaha UMKM di Tanjung Lesung ini adalah sistem rumahan yang mana setiap anggota keluarga akan berperan aktif dalam terciptanya satu produk tertentu.
Shestarts.id sangat mendukung gerakan yang dilakukan oleh Cikadu Edutourism Center yang terus mendorong para penduduk lokal untuk berkarya, bertumbuh, dan berkembang. CEC sampai saat ini terus berusaha agar potensi produk lokal yang ada di Tanjung Lesung bisa terus tergali, sehingga makin banyak pintu pasar terbuka bagi usaha mikro dan menengah masyarakat ini.
“Semangat membangun yang dicontohkan oleh Mas Dany dan kawan-kawan CEC ini perlu kita dukung dan sebarkan agar makin banyak stakeholder melihat bagaimana potensi warga lokal Tanjung Lesung ini bertumbuh.”  ungkap Nadia Sarah, Co-Founder Shestarts.id.
Membangun ekonomi yang kuat bisa kita lakukan dari memperkuat sektor usaha mikro dan menengah yang dimiliki oleh masyarakat lokal. Hal ini merupakan pekerjaan bersama yang mustahil bisa dilakukan tanpa adanya sinergi dan kolaborasi antarsektor. Shestarts.id mengajak para stakeholder untuk mengambil peran dalam pengembangan UMKM di Tanjung Lesung ini agar proses scale up usahanya bisa segera dirasakan oleh lebih banyak masyarakat setempat.
-editor