5 Kesalahan Umum yang Dilakukan Ketika Memulai Bisnis

Memulai bisnis memang bukan merupakan fase yang mudah, sebagian entrepreneur berhasil melaluinya dengan sukses, tetapi sebagian lagi gagal mendirikan bisnisnya. Banyak hal yang mempengaruhi keberhasilan ini, tetapi ada beberapa kesalahan hal yang sangat umum dilakukan

  1. Terlalu fokus pada perencanaan, bukan

Sebagian besar bisnis yang ada saat ini sebenarnya bukan merupakan bisnis pertama yang dilakukan oleh entrepreneur dan berkembang tidak seperti perencanaan awal yang dibuat. Hal ini membuktikan bahwa meletakkan sumber daya (effort) yang paling besar pada perencanaan bukan merupakan hal yang bijak, karena merintis suatu bisnis merupakan proses yang dinamis mengikuti dinamika pasar dan konsumen yang terus berubah. Perencanaan detil suatu bisnis segera akan usang, karena pada faktanya ketika bisnis dimulai asumsi-asumsi yang dibuat pada saat perencanaan sering kali gagal menghadapi perubahan situasi yang cepat.

 

Pertanyaannya adalah bagaimana kita memulai bisnis jika tidak direncanakan dengan baik? Memulai bisnis idealnya tetap direncanakan, tetapi perencanaan tersebut jangan sampai menghabiskan tenaga, pikiran dan sumber daya yang ada, sampai-sampai kita kehabisan energi pada saat menjalankan bisnis. Yang perlu dilakukan adalah kita sesegera mungkin melakukan bisnis (action), dengan skala yang kecil dan terukur. Sambil menjalankan bisnis, seorang entrepreneur harus menjadi seorang yang super pembelajar dan adaptif. Bisnis yang baru dirintis tentu akan mengahadapi banyak situasi yang selalu berubah, kemampuan kita beradaptasi dan solutif atas situasi yang selalu berubah adalah kunci keberhasilan, bukan perencanaan yang “super lengkap”. Ingat perencanaan akan segera usang di tengah jaman yang selalu berubah dengan super cepat dan terkadang justru membuat kita takut dan tidak berani memulai.

 

  1. Tidak berorientasi pada customer dan tidak memberikan solusi

Pada prinsipnya, tujuan dari suatu bisnis adalah membantu pelanggan mendapatkan kebutuhannya dan menyelesaikan kesulitannya. Sebagai konsekuensinya kita mendapatkan keuntungan. Banyak sekali bisnis yang gagal di pasar karena dibangun tanpa melibatkan pelanggan, hanya di atas asumsi dan keyakinan bahwa produk yang ditawarkan pasti diterima oleh pasar dan berakhir pada kegagalan.

 

Memahami perilaku dan kebutuhan pelanggan adalah kunci dalam membentuk suatu produk yang diminati. Hanya dengan orientasi pada pelanggan suatu produk menjadi solusi yang menjawab kebutuhan pelanggan dan dinanti oleh pasar.

 

  1. Perencanaan keuangan yang kurang matang sehingga kehabisan cash di tengah jalan

Modal memang bukan faktor utama dalam keberhasilan suatu bisnis. Walaupun demikian kesiapan keuangan yang tepat (tidak harus banyak) wajib dimiliki oleh suatu bisnis, karena bisnis harus menjaga kelangsungan operasionalnya, seperti membayar gaji, utilitas, komunikasi, dll. Banyak sekali bisnis yang harus tutup karena gagal merencanakan keuangannya. Kegagalan keuangan ini biasanya dimulai dari asumsi penerimaan (penjualan) yang terlalu optimis, sehingga sangat yakin bahwa bisnis akan tetap berputar dan memiliki cash pada saat melewati masa-masa sulit. Untuk mengantisipasi hal ini, perencanaan keuangan sebaiknya sudah mengantisipasi kebutuhan cash dalam skenario paling pesimistis sekalipun.

 

  1. Enggan untuk berkolaborasi, menganggap semua bisa dilakukan sendiri.

Keenganan berkolaborasi seringkali didasari pada asumsi bahwa kolaborasi hanya akan mengurangi keuntungan dan berbahaya jika partner pada akhirnya menjadi pesaing. Asumsi seperti ini tidak tepat. Ketika memulai bisnis kita memiliki keterbatasan sumber daya dan keahlian, sehingga tidak optimal jika melakukan semuanya sendiri. Keenganan untuk berkolaborasi hanya akan berakhir pada: ketidakefisienan, kualitas produk yang rendah, biaya tinggi dan kapasitas ekspansi yang rendah.

 

Ketakutan bahwa partner pada akhirnya akan menjadi pesaing sebenarnya bisa diatasi dengan perjanjian yang mengikat dan saling menguntungkan. Tetapi kalaupun pada akhirnya partner menjadi pesaing, hal ini hanya membuktikan bahwa bisnis yang kita geluti menjanjikan. Kita hanya perlu lebih unggul dari pesaing.

 

  1. Menetapkan tujuan yang terlalu optimis atau bahkan tidak realistis

Tujuan atau target yang baik adalah target yang bisa dicapai dengan upaya yang terukur, bisa berupa target yang tinggi  maupun tidak tinggi. Membuat target yang sangat tinggi dan tidak realistis dengan harapan akan menyemangati terkesan baik, tetapi sebenarnya mengarahkan pada kegagalan. Mengapa demikian? Target yang tidak realistis sebenarnya akan menjadi dasar kita menentukan rencana, misalnya asumsi rencana penjualan yang tinggi. Pada saat penjualan ternyata tidak tercapai, maka keuangan kita menjadi terganggu. Implikasi lain kegagalan mencapai target bukan hanya pada keuangan, seringkali kegagalan mencapai target membawa kita pada demotivasi.

 

Bagikan artikel ini:

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
Share on whatsapp
Share on email

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Penulis

She
 Starts

Artikel Lainnya
dari Member Ini

Dukung Pengembangan UMKM, BCA Syariah Gelar Program WEpreneur 2
29 January 2024
Bidik Pelaku UMKM Perempuan Naik Level, BCA Syariah Gelar WEPreneur 2
29 January 2024
Ajang WEpreneur BCA Syariah x Shestarts.id Beri Penghargaan 3 UMKM Perempuan pada WEpreneur Summit 2023
11 July 2023
Pentingnya UMKM Melek Hak Atas Kekayaan Intelektual
31 August 2022
Tips Menguatkan Brand Identity Usahamu
10 August 2022

Artikel Terbaru Lainnya

Artikel Terpopuler

Arsip

Archives

Kategori

Categories